Perumpamaan Hati Manusia Bagaikan Tanah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Perumpamaan Hati Manusia Bagaikan Tanah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 27 Jumadil Akhir 1442 H / 10 Februari 2021 M.
Download kajian sebelumnya: Amalan Yang Tidak Pernah Putus
Kajian Hadits Tentang Perumpamaan Hati Manusia Bagaikan Tanah
Kita masuk hadits yang ke-76. Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إن مثل ما بعثني الله به من الهدى والعلم كمثل غيث أصاب أرضا فكانت منها طائفة طيبة قبلت الماء وأنبتت الكلأ والعشب الكثير فكان منها أجادب أمسكت الماء فنفع الله بها الناس فشربوا منها وسقوا وزرعوا وأصاب طائفة أخرى منها إنما هي قيعان لا تمسك ماء ولا تنبت كلأ فذلك مثل من فقه في دين الله تعالى ونفعه ما بعثني الله به فعلم وعلم ومثل من لم يرفع بذلك رأسا ولم يقبل هدى الله الذي أرسلت به
“Sesungguhnya perumpamaan apa yang Allah utus aku dengannya berupa hidayah dan ilmu, seperti air hujan yang menimpa tanah. Maka di antara tanah itu ada yang subur, bisa menerima air, menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada yang keras, dia hanya bisa menampung air, maka Allah pun memberikan manfaat dengannya kepada manusia sehingga manusia bisa minum, memberi minum dan untuk tanaman-tanaman mereka. Ada juga tanah yang tandus dan licin, tidak bisa menahan air, tidak bisa pula menumbuhkan tanaman. Yang demikian itu perumpamaan seperti orang yang faham dalam agama Allah dan bermanfaat. Maka bermanfaat untuknya apa yang Allah utus aku dengannya sehingga ia berilmu dan mengajarkan ilmu. Dan perumpamaan orang yang tidak memahami dan tidak menerima hidayah yang Allah utus aku dengannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada kita perumpamaan yang luar biasa. Dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan perumpamaan antara ilmu dan hidayah dengan tanah. Jadi hati manusia itu seperti tanah dan ilmu bagaikan air hujan.
Subhanallah. Ini adalah perumpamaan yang sangat luar biasa. Karena air hujan itu sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia. Tanah sangat membutuhkan air hujan. Ketika hujan itu tidak turun lama, tanah akan kering dan kerontang. Bahkan tanaman-tanaman dan makhluk hidup yang ada di atas tanah itu pun akan mati.
Namun ketika tanah tersebut tandus dan tidak dipelihara, ketika Allah turunkan hujan ternyata air hujan tidak bermanfaat untuk tanah tersebut. Sama halnya dengan hati yang kering, tandus dan licin. Hati yang penuh dengan syahwat, penuh dengan hawa nafsu, tidak bisa menerima lagi hidayah. Ketika datang ilmu, ia tidak bisa menerimanya.
Kalau kita ingin mengetahui bagaimana cara menggemburkan dan menyuburkan tanah, kita ingin bagaimana caranya menjadikan hati kita ini hati yang subuh, maka tidak ada bedanya dengan tanah. Lihatlah bagaimana tanah agar menjadi subur dan gembur. Tanah itu harus dicangkul dan diberikan pupuk. Demikian pula hati. Hati kita ini harus “dicangkul” dengan membiasakan diri kepada kebaikan dan diberikan pupuk berupa makanan hati. Sehingga ketika air hujan berupa ilmu itu datang, hati kita sudah siap untuk menerima ilmu.
Ini menunjukkan bahwa agar tanah bisa menerima air dengan baik, berarti harus dipersiapkan tanah itu terlebih dahulu. Demikian pula apabila kita ingin menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang harus kita persiapkan terlebih dahulu adalah hati untuk menampung ilmu. Bayangkan kalau tanah itu banyak penyakitnya, banyak hamanya, ketika air hujan turun lalu tumbuhlah tanaman, tentu tanamannya akan kurang bagus.
Demikian pula hati yang banyak penyakitnya seperti cinta dunia, penyakit syahwat, hawa nafsu, kesombongan, keangkuhan, rasa ‘ujub. Ketika ilmu datang, walaupun ada tanamannya, tetap saja tanamannya tidak tumbuh dengan sangat bagus.
Ada orang yang hatinya banyak penyakitnya, maka ketika menuntut ilmu bukannya menimbulkan ketawadhuan, tapi ketika menuntut ilmu malah menimbulkan kesombongan dan keangkuhan. Na’udzubillah..
Ada orang yang ketika menuntut ilmu karena hatinya banyak penyakitnya, sehingga ilmunya tidak bermanfaat, ia tidak bisa mengamalkan ilmu. Seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan tentang kisah Si Bal’am, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ﴿١٧٥﴾ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ
“Bacakan kepada mereka tentang kisah orang yang sudah Kami ajarkan kepadanya ayat-ayat Kami. Lalu ia lepas dari ayat-ayat Kami. Lalu setan mengikutinya dan jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat…” (QS. Al-A’raf[7]: 175)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49778-perumpamaan-hati-manusia-bagaikan-tanah/